R I P Acute Lymphobastic Leukemia

5 November 2013

1 minggu setelah protokol pertama kemoterapi selesai tiba saatnya untuk ke tahap selanjutnya.
Yang bikin ga bisa tidur berhari-hari karna ngebayangin sakitnya.
BMP (Bone Marrow Puncture) yang artinya pengambilan cairan sum-sum untuk diteliti apakah masih ada sel blast (kanker) yang kali itu diambil melalui tulang dada hanya dengan anastesi lokal atau bius lokal. Yang berarti tepat di depan mata saya pengeboran itu terjadi begitu cepat. Hanya sekitar 15 menit, mungkin karna dokter saya sudah ahli.
Dan 1 lagi, pengambilan cairan otak lewat ruas sum-sum tulang belakang.
Tapi yang satu ini lebih mengerikan dan memakan waktu lebih lama. Sekaligus untuk memasukan obat perawatan yang akan melindungi otak dari kerasnya cairan kemoterapi.
Obat perawatan itu akan dimasukan 4x selama 4 minggu berturut-turut.
Saya diminta untuk tiduran menyamping dan membungkuk memegang lutut sampai ke dada, supaya jarum suntik lebih mudah masuk ke sela tulang belakang.
Pencariannya cukup sulit karena saya cukup gemuk, ditekan berulang-ulang sampai meninggalkan bekas lebam.
Setelah ditandai, harus disteril pada bagian pinggang dan sekitarnya.
Dibius lokal lalu dokter memasukan jarum yang panjangnya kira-kira sejengkal dan diameternya cukup tebal.
Setelah masuk dokter menghembus-hembuskan udara dari dalam suntikan agar tidak ada darah yang menggumpal.
Tapi ternyata kali itu tidak berjalan begitu mulus, penyuntikan tidak tepat pada sela ruas.
Dan disuntikan sebanyak 4 kali tusukkan, sampai akhirnya berhasil juga.
Cairan diambil, dan pemasukkan obat.
Setelah itu saya harus tiduran terlentang selama 6-8 jam dan tidak boleh bergerak.
Sakitnya bisa dibayangkan sendiri walaupun dibius tapi masih terasa sakitnya.
Hari itu saya harus menginap di Rumah sakit karna dokter menyarankan untuk tidak turun dari ranjang untuk pertama kali penyuntikan.
Pagi-pagi jam setengah 6 dokter sudah datang untuk melakukan pengecekan.
Dengan begitu cerah dan semangat dokter membangunkan saya dan meminta saya mengikutinya ke office yang hanya beberapa meter dari kamar saya.
Meminta saya duduk di sebelahnya dan berkata, "Saya pengen kamu liat sendiri hasilnya, ini jumblah blast pada darah kamu 0,4. Pada setiap orang normal ada sel blast sebanyak 5, dan kamu 0,4 berarti kamu bisa saya nyatakan remisi. Tapi kita lihat minggu depan hasil cairan otak baru keluar yah."
Saya dan mami yang saat itu menatap dengan penuh kegembiraan yang melonjak-lonjak.

Sebagai anak muda saya paling suka berhubungan dengan internet, saya banyak membaca dan menonton perjalanan seseorang yang terkena leukemia.
Saya membaca sebuah buka, yang kebetulan jenis leukemianya sama, tinggal di kota bandung dan bahkan profesor yang menangani pun sama.
Dia berobat di salah satu rumah sakit ternama di singapura, dan harus menjalani isolasi serta protokol kemoterapi selama 2 tahun.
Sempat depresi dan mencoba bunuh diri dari rumah sakit.
Dan beberapa kasus serupa yang saya dengar dari teman yang juga pernah bertemu leukemia.
1,5 bulan saya lewati di Rumah sakit pemerintah yang sederhana.
Tetapi keajaiban begitu nyata menghampiri kehidupan saya dan keluarga
Biaya yang dikeluarkan pun tidak jauh berbeda dengan biaya operasi usus buntu.
1 minggu kemudian, 1 hari sebelum saya kembali melakukan penyuntikan tulang belakang dokter meng-sms kami.
"Semua obat-obatan yang baru dibeli diberhentikan dulu, karna hasil menunjukan sudah tidak ditemukan sel blast dicairan otak. Kamu dinyatakan remisi."
Mami yang waktu itu juga membaca, langsung menangis dengan histeris.
Betapa luar biasanya Tuhan yag kami andalkan, Tuhan yang kami sembah, yang tidak pernah terlambat atau meninggalkan, Tuhan yang hidup.
RIP Leukemia akut.
Ini terakhir kali cek darah tgl 03/05/2014.


Comments

  1. Doa orang benar itu besar kuasanya .. thats right... Tuhan Yesus Dasyattt.... :) I trust... semua doa yg dipanjatkan oleh siapapun, lewat siapapun, dimanapun.. itu akan menggerakkan Kuasa , Mujizat, Perkenanan, Belas kasihan Tuhan.. langsung turun atas kita.. Amiennnn... :)

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

4 tahun perjuangan melawan kanker

Waiting for miracle