Obat paling ampuh

Saya adalah penikmat makanan dari mulai street food sampai resto ternama.
Dan tiba-tiba aja semua ga bisa dilakuin lagi.
Ga boleh makan di luar sama sekali, semuanya harus organik, cuma boleh pake garem dan gula.
No MSG, no pengawet, no meat.
Cuma boleh ikan, dan itupun ikan gabus yang berlendir dan amis atau salmon (ya okelah).
Tantangan paling menantang yang pernah dihadapi buat diri gue sendiri.
Ga boleh makan di luar??? wew, padahal waktu dulu mungkin sehari 2x makan di luar karna aktifitas yang selalu di luar rumah.
Awalnya karna lidah saya mati rasa jadi terus menerus makan segunung dengan niatan mencari rasa umami.
Tapi toh ga dapet juga...
Alhasil malah jadi bulet dan buncit.
Mami jadi seharian di dapur karena nafsu makan saya yang membabi buta, dari subuh demi bikin sarapan sampai malem.
Begitu besarnya perjuangan seorang ibu.
Bikinin makan, mijitin, nuntun waktu udah lemes jalan, ngehibur waktu lagi stress...
Bahkan sejak saya divonis dokter, dia jadi jarang tidur karna mungkin mikirin kemana dan bagaimana penyakit ini berjalan.
Banyak tips-tips, nasehat, dan pengalaman dari teman mami yang anaknya pernah leukemia juga.
Tapi kebanyakan sampai harus stem cell atau cangkok sum-sum tulang belakang.
Wich is bakal sakit banget.
Back to topic, i love can be able hug my mom all day long every single day!

And no, bukan makanan obat yang paling ampuh.
Tapi obat yang paling ampuh adalah merasa DICINTAI.
Buat saya saat ini dicintai oleh banyak orang merupakan obat yang paling ampuh.
Doa datang dari banyak orang, banyak komunitas, banyak kota, banyak pulau, bahkan banyak negara.
Mungkin mereka emang ga kenal saya tapi kita berpijak di bumi yang sama, kita insan yang sama-sama saling membutuhkan.
Dan ketika saya butuh banyak support dan doa, seakan begitu banyak orang bermunculan dari mana-mana.
Bukan cuma doa dan support, tapi juga dana, boneka, buah, buku, apapun yang dapat mewakilkan rasa peduli mereka.


Saat ada satu atau sekelompok orang yang datang setiap hari , jauh dari tempat tinggalnya hanya untuk mendengarkan apa yang saya rasakan setiap hari.
Meluangkan waktu, menembus hujan atau panas terik, berjam-jam hanya untuk memastikan saya tidak merasa sendirian.
Orang-orang yang tidak akan pernah saya lupakan, yang ada saat di titik ter rendah dalam hidup saya.
Walaupun badan saya tidak se langsing dulu, wajah saya tidak se cantik dulu, bahkan saya tidak punya rambut indah yang panjang lagi, dia atau mereka tetap ada.
Tetap mencintai saya seperti sebelum saya sakit, atau bahkan lebih.
Jurnal ini kelak saya dedikasikan untuk mereka yang tidak pernah pergi dari kehidupan saya.
Mungkin tidak banyak yang dapat meluangkan waktu setiap hari untuk saya, saya pun mengerti karna mereka punya kehidupan lain. Pekerjaan, teman, sekolah, dan lain-lain.
Tapi saya temukan sedikit dari sekian banyak orang yang benar-benar mengisi hari-hari saya.
Seakan saya begitu penting untuk kehidupan mereka, yang rela menukar waktu istirahatnya untuk bertemu saya.
Walaupun kadang saya tidak mampu berkata banyak, atau tertidur karna kelelahan.
Sebenarnya masih banyak orang-orang yang datang menjenguk, tidak semua foto dapat saya masukkan.

Comments

Popular posts from this blog

4 tahun perjuangan melawan kanker

Waiting for miracle

R I P Acute Lymphobastic Leukemia