Cerita Koma

Hari ini, tidak akan pernah sama lagi dengan hari-hari yang lalu.
Begitulah kira-kira kalimat yang terbesit dari pikiran saya saat otak saya mulai bisa berfikir normal setelah bangun dari koma..
Berhari-hari saya lewati dengan ribuan pertanyaan apa yang telah terjadi, hari apa ini, mengapa semua orang memperlakukan saya seperti tahanan.
Sampai beberapa orang cerita apa yang sebenarnya telah terjadi....
Mami:
"Mami ga nyangka bakal ngedorong kamu menuju ke ruang ICU, seakan di sinetron. Anak yang kemaren ini baik-naik aja tiba-tiba harus masuk ICU. Sampai di ambang pintu mami ga diizinkan ikut masuk.
Hati mami cemas dan ga bisa tenang. Terus 10 menit kemudian, mami dipanggil satpam bahwa dokter ingin ketemu dengan orang tua carissa.
Selama jalan di lorong itu banyak hal di pikiran, ada apa dengan anakku?
Mami bergegas memakai baju steril dan masker, kamar demi kamar terlewati dengan dada yang berdebar.
Sampai mami tiba di ruangan, dengan ngeliat kamu menggelepar-gelepar seperti meronta. Berjuang mencari nafas yang sepertinya kehabisan oksigen.
Mami syok berat.
Spontan mami nanya ke dokter, "dok apa yang terjadi dengan anak saya? kenapa anak saya meronta-ronta dengan mata tertutup?"
"Anak ibu ga bisa bernafas, kami akan memberi alat pernafasan segera. Tapi kalau lewat mulut sudah ga keburu, jadi akan dilubangi tenggorokannya untuk memasukan selang ventilator. Silahkan tanda tangan dulu.", kata dokter.
"Saya ga peduli dok, pokoknya lakukan apapun yang dokter bisa untuk membantu anak saya bernafas.",kata mami.
Mami keluar dengan perasaan yang benar-benar kacau balau, tapi mami tetap berharap Tuhan memberikan pertolongan sekalipun di saat-saat kritis.
Di luar mami ceritain semua ke papi kalau kamu bakal di lubangi tenggorokannya.

Malemnya, itu hari terakhir kali mami ngeliat ade dan menggenggam tangan ade. Ade menggenggam tangan mami sambil menggeleng-gelengkan kepala. Saat itu mami mengira kamu udah ga sanggup lagi menahan kesakitan dan mau menyerah.. Sejak itu mami ga mau lagi masuk ke dalam ruang ICU karna merasa trauma.
Sepanjang hari itu banyak hal yang membuat mami syok.

Hari-hari selanjutnya mami cuma denger dari beberapa orang yang masuk.
Mami berhari-hari stress dan bengong ga bisa makan.
Banyak orang yang datang dan menyemangati dan ga sedikit yang menasehati untuk menyerah pada keadaan.
Mereka pun syok, dan ga bisa berkata apa-apa melihat keadaan yang nampak tidak ada harapan.
Selama berhari-hari tidak ada sedikitpun perkembangan yang membaik.
Detak jantung kamu sampai di angka 194 kali per-menit, yang seharusnya 60-100 kali permenit.
Ga kunjung turun dan tubuh belum merespon obat yang terus masuk.
Dengan infusan 8 dan selang dimana-mana.
Hari-hari awal mami masih berharap, tapi semakin hari harapan semakin tipis.
Mami tidak membolehkan orang masuk untuk nengok kamu di hari-hari selanjutnya, karena kalau ada orang detak jantung kamu malah naik.
Ada beberapa teman mami yang masuk tanpa sepengetahuan mami, dan nanya ke dokter gimana keadaan kamu. Dan dokter cuma bilang, hidup kamu sudah bergantung pada alat ventilator.
Kalau alat dicabut kamu pasti sudah lewat..


Hari ke-4 mami sangat ingin tahu bagaimana kelanjutan hidup kamu.
Mami sedang berada di level kehidupan paling rendah. Mami bertanya-tanya pada Tuhan.
Pertanyaan seorang yang seperti tidak punya iman, karena waktu itu melihat kenyataan bahwa kamu itu seperti tidak bernyawa.
Sampai kapan? Apakah kamu bakal hidup?
Waktu mami cerita ke cici (castella, kakak tertua saya), cici bilang "selama masih bernafas, harapan masih ada."

Sejak itu mami mulai percaya lagi dan memberanikan diri memonitor masuk ke ruangan kamu.
Setiap hari sejak hari ke-4 mami berdoa di samping ranjang kamu, di saat ada yang datang mami bilang ke semua orang kalau kamu pasti sembuh.
Sejak hari mami memutuskan untuk kembali berdoa, sejak itu juga detak jantung kamu mulai sedikit demi sedikit menurun walaupun sangat lama.
Orang-orang yang datang dan berdoa masih sangat ramai dan tak berhenti datang.

Pada hari ke 7 pagi-pagi waktunya visit kamu dan ketemu dokter seperti biasa, papi masuk duluan untuk melihat.
Tiba-tiba dengan wajah berseri-seri papi manggil, "Ta cepat sini, dipanggil carissa! Carissa udah sadar!"
Cepat-cepat mami memakai baju steril dan dengan tegang melewati lorong yang terlihat banyak orang-orang yang tak berdaya.
Anakku sudah membuka mata!
Mami berdoa kepada Tuhan, mengucap syukur..

Walaupun kamu udah sadar bukan berarti penderitaan kamu selesai sampai disitu, karena infeksi itu masih ada di paru-paru kamu.
Dan efek nya akan berkepanjangan, yaitu gangguan memori otak tergantung dari reaksi badannya.
Nunggu kamu pulih itu memang seneng sekaligus kuatir, karena ada gangguan di penglihatan dan kesadaran mencerna informasi pada otak. Itu yang dokter bilang.

Berlanjut....

Maaf belum bisa dilanjutkan karena bundanya lagi belum mau lanjutin cerita.

Comments

  1. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  2. Amazing.... Cantik... :) How great is aur God... :)

    ReplyDelete
  3. Dear Carissa.. yes we haven't met yet and I'm not so closed knowing ur mom in person. I knew her as my senior in WB but since I knew her and the story about u, I feel so blessed. And today when I read ur journal, it's really remind me that our Jesus Christ is really living God. All the story that u wrote in this journal really bless me a lot. Even though that our life story is not the same but what u've been through is really teach me to never ever give up on whatever that happen in life, that God's love is so real, and how precious life is. My prayer is Jesus will use u more and more to bring the good news throughout the nations and all the people out around the world to declare Jesus love. Thanks Carissa for being a blessing. You're such a special and wonderful girl. Jesus bless u more, dear..

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

4 tahun perjuangan melawan kanker

Waiting for miracle

R I P Acute Lymphobastic Leukemia