Perjalanan Relapse ke 4 dimulai

Akhirnya tanggal 7 September 2018 masuk rawat inap di SJMC.
Karena setelah 2 minggu rawat jalan minum obat, demam masih terus muncul.
Tanggal 7 bertemu dokter di chemo daycare, saat di cek suhu tubuh 38,8°c. Dokter langsung mengambil tindakan, rontgen ulang, tes bakteri darah, dan aku harus masuk rawat inap hari itu juga.
Hasil dari rontgen bagus, infeks paru  sudah hampir tidak ada. Demam bisa datang dari leukemianya atau infeksi lain..
Hari itu di tes, Hb= 9,7. Trombosit= 45. Leukosit=8,7.

Sore hari masuk kamar hospital dan di infus atibiotik.
Besok pagi dokter sudah menjadwalkan operasi line. Prosedur transplant dan sejenisnya memang harus memakai line.
Saat mami dan koko baru  saja sampai di rumah, tiba2 darah segar mengucur deras dari bekas luka operasi di paha. Jadi kembali lagi ke RS untuk segera ditangani.

Tidak ada yang menungguiku saat mau operasi karena mami harus mengurus sesuatu, dan koko tentunya istirahat di rumah setelah pengambilan sum2.
Jam 11 siang aku pergi ke ruang operasi ditemani suster, aku sudah bilang mau dibius tidur saja.
Terakhir kali pasang CVC line tahun lalu untuk penggambilan T cell tidak dibius, dan rasa sakitnya terlalu gila untuk dihadapi lagi.
Tapi hari ini aku sangat tenang, akU tidak takut masuk ke ruang operasi sendirian…
Biasanya ditemani mami menuju pintu ruang operasi saja aku deg2an..
Kalian tahu sendiri kan surgery room itu dingin, putih, penuh alat2 asing, lampu yang sangat terang, peralatan medis yang tajam dan mengkilat.

Ada nurse surgery yang mengenaliku, “kamu lagi?”, katanya. “Hi nurse, here I am again haha", balasku.
Terakhir kali aku bertemu dengan-nya saat operasi pencabutan hickman line karena infeksi. Dan sebelum2nya juga… Dia mengajakku berbincang supaya aku tidak takut, ternyata kami seumuran..
Dia mengatakan, “Lebih baik kamu tidak dibius tidur, karena nanti efeknya banyak.
Ini hanya operasi singkat, kabel nya lebih kecil lagi dari hickman line, tidak akan sakit. Dokternya pun perempuan dan baik sekali, nanti sepanjang operasi aku akan nemenin kamu ngobrol oke?”.

Beberapa kali aku meyakinkan, apa bener gak akan sakit?? Lalu aku bertanya2 kepada diriku sendiri, berani gak ya?
Anehnya hatiku adem ayem, hmmm aku rasa ini pertanda gak apa2 lah gak dibius tidur.

Berbaring di meja operasi yang kecil, sudah lengkap dengan penutup rambut. Dokter masuk dengan cerianya, Ngobrol sana sini dengan para nurse. Atmosfer ruangan tak lagi kaku.
“Kamu takut ya? Tenang ini Cuma kayak digigit semut kok, kabelnya kecil banget.. paling 10 menit beres. Okeee?”, katanya dengan ramah dalam bahasa inggris.

Aku tiduran terlentang dengan leher nengok ke kiri, muka ku ditutup kertas steril yang di lubangi di bagian yang mau di operasi.
Sebelumnya di cuci betadine berkali2 dan dibilas alkohol.
Aku seperti sapi yang siap disembelih haha, padahal ini hanya operasi kecil.

Yang paling sakit adalah saat obat bius lokal disuntikkan.
Lalu memasukkan kabel sampai ke daerah tulang belakang, aku menutup mata selama operasi sambil terus berdoa.
Karena tetap saja ngilu saat kabel ditekan2 ke dalam tubuh.
Aku melihat di layar, kabelnya panjang dari leher  masuk ke tengah searah tulang belakang, sampai setengah paru2. Jadi di atas ranjang  ada seperti scan xray yang nyambung ke layar. Supaya terlihat jelas masuknya tepat pada jalurnya.

Terasa darah mengalir deras di bahuku saat kabel ditekan2 masuk.
Tapi sepanjang operasi dokter dan nurse ngobrol tentang sinetron indonesia. Jadi pikiranku bisa relax dan ter alihkan.
Selesai sudah operasi kira2 30 Menit, badanku dibersihkan dari bekas darah. Aku pindah ke ranjang dan siap dikirim balik ke kamar.

Tanggal 8 September demam masih saja muncul sepanjang hari, yang terparah saat malam hari demam 38,7°c.
Minum 2 panadol, badanku kedinginan, aku memeluk botol berisi air panas. Namun demam semakin menjadi sampai 39,2°c.
Tapi nurse bilang karena sudah minum panadol, tidak boleh minum penurun panas lagi… Hanya bisa di kompres dengan kain dingin.
Sepanjang malam aku uring-uringan dengan tubuh yang sangat tidak enak. Tidurpun jadi mimpi2 yang aneh2. Belum lagi mesin infus yang sering berbunyi karena ada antibiotik malam, dan harus panggil2 nurse setiap mesin berbunyi.  Sampai subuh jam 4 akhirnya demam reda dengan sendirinya, akhirnya aku bisa tidur nyenyak.

9 September yaitu hari ini.
Bangun pagi sudah cukup segar…
Tadi malam sungguh perjuangan.

Sekitar jam 10 pagi setelah dokter visit dan lepas infus, aku mandi.
Setelah mandi dingin kembali menyerang, kali ini sampai menggigil hebat.
Sudah panggil nurse, tapi saat di cek aku tidak demam, dan nurse tidak bisa kasih obat apa2 kalau tidak demam. Menggigilnya sampai gigi gemeretuk dan bergetar, sungguh dinging yang tak tertahankan.
Bukan karena udara, tapi dingin dari dalam tubuh. Sampai bibirku membiru. Seperti biasa aku memeluk botol air panas, namun tak banyak membantu… Mami terus berdoa saat aku menggigil, lalu mami kasih minum air hangat, sampai dua gelas akhirnya menggigil cukup mereda..

Reda beberapa jam, setiap 1 jam sekali nurse akan masuk untuk cek tekanan darah, kadar oksigen dan suhu tubuh. Ternyata aku demam lagi 38,2°c.
Tapi untuk suhu segitu sekarang aku sudah tidak terlalu berasa, kecuali sudah 38,5 ke atas baru badan berasa gak enak.
2 panadol bisa meredakannya sekarang….

Begitulah kira2 update selama 3 hari ini.. Ini barulah awal perjuangan, masih ada minggu2 lainnya di depan sana. Dokter mengatakan kira2 kemo akan dimulai hari rabu depan, seperti sebelumnya 3 hari kemo m, 1 hari rehat, 3 hari CAR T CELL. Lalu 2 minggu efek2nya dan recovery.

Biar Tuhan Yesus yang terus memberi kekuatan dan damai sukacita untuk aku dan keluarga dalam menjalani semuanya.
Keep praying for me guys!
Never lose hope, never lose faith. I'm gonna win this battle.

Aku akan update detail keadaanku di blog tentunya semampuku (maksudnya kalau badanku lagi enakan pasti aku tulis blog) , karena di Instagram rasanya gak semua orang butuh dan mau tau detail keadaanku. Kalau yang baca blog sudah pasti penget tau kan heheehe...

Comments

Popular posts from this blog

4 tahun perjuangan melawan kanker

R I P Acute Lymphobastic Leukemia

Waiting for miracle