This blog dedicate to...

               Di setiap musim dalam hidup begitu banyak orang datang dan pergi, yang disengaja maupun terpaksa. Kehidupan akan selalu seperti itu.. 
Berhari-hari saya menjalani waktu isolasi setelah koma. Mengalami depresi karena merasa kesepian..
Awal masuk rumah sakit memang semua orang datang menjenguk, tapi lama kelamaan semua kembali ke kehidupan masing-masing.. 
Sayapun tidak menyalahkan mereka... Toh hidup normal memang selalu penuh aktifitas.

               Berjam-jam saya di rungan yang sama, tidak melakukan aktifitas apapun. Mencoba memahami apa yang terjadi beberapa waktu yang lalu. Sangat mudah menjadi pemarah dan bad mood. Tapi dalam keadaan seperti itu saya jadi mengerti satu hal. 
Mungkin banyak orang akan berdatangan dalam hidup kita, atau mungkin meninggalkan. Dengan atau tanpa luka...
Tapi satu yang tidak akan pernah meninggalkan, yang saya tau dan yang saya renungkan. Orang tua. 
Jika saya berpikir kembali dari kecil sampai saat ini, betapa besar dedikasi mereka untuk membesarkan saya dan ke dua kakak saya. 

                 Kami bukan keluarga kaya raya yang punya warisan segunung. Papi, begitu saya menyebutnya. Memutuskan untuk berjuang sendiri dari nol, dari mulai kerja menjadi sales ini itu sampai membuka usaha sendiri. Bangkrut, nganggur, dan sampai akhirnya saat ini di umurnya yang ke 56 tahun dapat dikatakan hidup kami berkecukupan. Begitu juga dengan mami, dia memutuskan untuk tidak kuliah agar dapat langsung menikah dan berumah tangga. Mami meninggalkan mimpinya, dan mendidik saya dan kakak-kakak saya menjadi orang yang tangguh dan tau apa visi hidup kami.
Banting tulang mengupayakan agar kebutuhan kami tercukupi dan pendidikan kami terus berjalan. 
Dan puncaknya, ketika mereka mengurus saya yang sangat tidak berdaya saat sakit.
Di saat semua orang sibuk dengan aktivitasnya, mereka menghentikan aktivitasnya demi saya. 
Ngampar di lantai di ruang tunggu berhari-hari saat saya koma di ICU, mengantar saya subuh-subuh ke UGD, menuntun saya belajar berjalan, mengajarkan saya membaca saat penglihatan saya belum pulih, memahami bahasa isyarat saya saat saya tidak bisa berbicara, menyemangati saya bahkan disaat mereka sedang down. 
Itu semua lebih dari ratusan juta uang yang mereka keluarkan untuk saya berobat. Waktu mereka, keberadaan mereka, kasih sayang mereka yang tidak pernah putus adalah pengorbanan yang melebihi apapun. 
Saya bersyukur lahir di keluarga yang tepat yang walaupun tidak sempurna tapi cinta mereka membuat keluarga menjadi sempurna. Membuat rumah ini terasa hangat, membuat saya ingin selalu pulang ke rumah saat saya jauh merantau. 

              Dan kakak-kakak saya yang sangat menyayangi saya, mengupayakan bulak-balik jakarta bandung untuk menengok saya di tengah-tengah sedang ujian. Yang membelikan apapun yang saya mau untuk menghibur saya. Yang mengajarkan saya untuk terus melayani Tuhan dan berprestasi di market place. 
Motivasi saya untuk terus maju agar se-sukses mereka. 

             Keluarga besar yang terus menyemangati saya baik dengan wejangan maupun materi. Yang mendampingi saya sejak awal perjalanan saya..

             Sahabat terdekat yang selalu dengan perkataan seenaknya datang dan masih bercanda seperti biasa. Seakan saya bukan orang sakit, membuat saya merasa normal saat itu. Mencoba menghibur dengan candaan-candaan bodohnya. Membawakan makanan kesukaan, membuat gaduh ruangan, dan membuat satpam marah. Membuat saya merasa dicintai.. Obat yang paling ampuh. 
Tidak heran saya begitu cepat sembuh :)) 

              Seseorang..... Yang datang dan tidak pergi. Di masa-masa tersulit yang pernah saya hadapi. Menemani saya saat saya sempurna maupun tidak, saat rambut saya rontok perlahan, saat muka saya membulat, saat saya kesakitan, sampai pada akhirnya saya kembali tersenyum lega.. 
Yang merelakan waktu istirahatnya untuk bertemu saya, walaupun seringkali saya terbaring lemah tidak dapat berbicara. Yang membuat hari-hari yang berat sedikit lebih ringan, seperti mendapat kekuatan tambahan untuk menghadapi hari esok. 
Kehadiran, mungkin itu kata yang tepat untuk menggambarkan sesuatu yang sangat berguna untuk orang sakit. 
Mungkin tidak dapat selalu bersama, tapi... pergi bukan ber-arti meninggalkan kan?

                Banyak orang yang tidak saya kenal bahkan bertemu pun tidak pernah. Tapi begitu giat mendoakan saya, mensuport dengan cara datang atau memberi buah dan buku. Tidak terhitung jumlahnya, dari bermacam-macam kota dan pulau. 
Saya hanya berdoa, semoga cerita hidup saya bisa menjadi berkat untuk orang lain. Semoga mereka yang sakit disembuhkan, yang sedang lemah dikuatkan, dan yang sedang buntu jalannya dibukakan.
Saya percaya Tuhan akan selalu memberikan jalan keluar atas setiap masalah yang ada. 
Dia seperti ayah yang sangat mencintai anakNya, masa kan Dia suka melihat kita sengsara? Tentu tidak. Berusahalah sekuat yang kita bisa, tapi lebih dari itu berdoalah. Tuhan tidak pernah tidur.

                 Dan untuk para Dokter yang menangani saya. Dari awal diagnosa, vonis, kemoterapi, koma, dan perawatan. Dokter-dokter yang luar biasa, ramah dan sangat baik. Membuat saya nyamang bahkan di keadaan yang mengerikan. Membuat saya tetap tenang dan yang terpenting, tetap sehat! :))

Untuk mereka yang pergi... Terima kasih untuk sempat ada dalam hidup saya, tanpa kalian mungkin cerita hidup saya akan berbeda. :)

Comments

Popular posts from this blog

4 tahun perjuangan melawan kanker

Waiting for miracle

R I P Acute Lymphobastic Leukemia