Let go.. Let God...


48 hari penuh perjuangan, menggigil sampai kelelahan, demam panas kayak dibakar sampai 41,8 c. Diakhiri seperti tanpa hasil.

Setelah pada akhirnya dokter memutuskan aku boleh keluar dari rumah sakit dan pulang ke Indonesia pada jumat 26 oktober, perjalanan iman sepenuhnya dimulai.
Di tahap ini tidak ada sesuatu yang terdengar realistis yang bisa dipegang dan dijadikan sandaran yang semu.
Seperti layaknya medis, semu. Mengapa semu?
Karena dia “terlihat” kokoh dan bisa di andalkan, namun nyatanya segala sesuatu di dunia ini punya limit.

Di titik ini sesuatu yang tidak bisa dipandang mata, sesuatu yang kekuatanNya melebihi yang realistis, sesuatu yang TIDAK punya LIMIT, yang selalu bisa aku andalkan, akan aku pegang erat-erat. Tuhan Yesus.
Hari itu aku benar-benar keluar rumah sakit setelah 48 hari dalam kamar inap, tak seperti tahun-tahun sebelumnya, ketika aku keluar RS aku dinyatakan baik.
Kali ini dokter mengangkat tangan. Nyatanya pengobatan tercanggih abad ini tidak bisa menyembuhkanku.

Terkadang hati ini harus remuk dan hancur, supaya Tuhan bisa menyusunnya menjadi jauh lebih kokoh.
Kami sekeluarga tentu saja hancur, perasaan yang manusia manapun tidak akan bisa tahan.

Setelah blog terakhirku kemarin, banyak yang menghubungiku dan memberi informasi herbal, alternative, dokter, dll.
Ternyata kami jadi lebih bingung memilah-milah mana yang betul baik atau tidak.
Kepulanganku ke bandung pun perlu dipersiapkan matang-matang.
Rumah harus serba bersih, harus ada dokter yang menanganiku bila ada sesuatu terjadi, apakah darah akan selalu siap jika aku harus tranfusi, dan banyak lagi.
Jadi kami tidak langsung pulang ke Indo setelah keluar dari RS.

Jalan nampak terasa lebih berat dari sebelumnya, imanku harus kujaga baik-baik. Karena itulah satu-satunya yang bisa membuatku tetap semangat melawan ketidakmungkinan ini.
Namun ketika jalan terlihat gelap, lagi-lagi dan selalu, Tuhan tidak pernah tinggal diam. Sekali-kalipun Dia tidak pernah meninggalkan aku.
Tuhan mempertemukanku dengan orang-orang yang tepat, para survivor yang memakai metode hidup natural tanpa obat-obatan kimia. Nutritionist natural yang mengenalkanku dengan banyak hal baru. Yang menjelaskan sedetail mungkin tentang gaya hidup sehat.
Orang-orang yang dipertemukan Tuhan bukan secara kebetulan.
Sejak bertemu dengan mereka, aku memutuskan untuk menjadi vegan.

Mengubah pola makan adalah hal paling sulit untukku, bahkan lebih sulit dari pada menghadapi kemoterapi dan efek2nya.
Kalian kan tau aku belajar masak, aku suka masak, sudah pasti makanan2 enak adalah kesukaanku.
Mungkin kalau ditanya, apa yang paling kau sukai di dunia ini? Akan kujawab makanan.
Sebenarnya menjadi vegan sudah banyak yang sarankan sebelum2nya, tetapi malah membuatku sangat stress. Sebelumnya aku masih makan ikan laut, ayam kampung dan telurnya.

Namun saat masuk RS kemarin aku sudah tidak nafsu makan, apalagi melihat ayam di Malaysia yang besarnya kayak kalkun. Rasanya makan menjadi tidak penting lagi, sehari-hari di RS yang aku makan adalah brokoli kukus, makanan2 india yang berbau kari lebih bisa kunikmati. Sejak 48 hari itu, aku tau aku harus melepaskan apa yang paling aku suka. Aku harus mengalahkan ego ku.
Demi bertahan hidup. Kalau Tuhan berkehendak.

Mungkin terdengar gila, tapi aku percaya aku akan baik-baik saja. Bahkan ketika pulang ke Indonesia nanti, ketika pegangan RS canggih dan nyaman tidak ada, dokter yang serba tau dan sudah menanganiku bertahun2 tidak ada, obat-obatan medis yang aku tolak, aku percaya hidupku tidak ditentukan dari itu semua. Hidupku ditentukan oleh Tuhan.

Matius 8:13
Lalu Yesus berkata kepada perwira itu: “Pulanglah dan jadilah kepadamu seperti yang engkau percaya.” Maka pada saat itu juga sembuhlah hambanya.

Aku tau perjalanan di depan nanti tidak akan mudah. Tidak tahu apa yang akan terjadi di hari-hari selanjutnya. Tapi biarlah mataku tetap tertuju pada Tuhan. Aku berdoa supaya Tuhan terus menguatkanku melewati apapun yang harus terjadi.

Aku bersyukur banyak sekali orang baik yang medoakanku, support, bahkan datang membawakan yang aku butuhkan, memberikanku kekuatan, orang-orang yang DM di IG setiap hari.
Sekalipun hidup ini penuh perjuangan, tapi ketika aku dibanjiri kasih Tuhan dan orang2 yang menyayangiku, perjuangan bisa kuhadapi dengan senyuman.

Imanku berkali-kali hancur dan goyah, namun Tuhan selalu tunjukkan Dia selalu ada bersamaku.
Lagi dan lagi iman harus dibangun setiap hari. Kadang aku merasa, untuk bisa hidup saja aku harus berjuang begitu rupa.
Rasanya beban orang lain tidak seberat yang kutanggung.
Rasa mengasihani diri sendiri ini datang ketika sedang jenuh2nya.

Lalu tak lama kemudian aku beremu seorang wanita paruh baya di RS. Enerjik, ramah dan penuh senyum, padahal aku hanya lewat di depannya. Ternyata dia baru saja selesai transplantasi sum2.
Dia mengajakku berkenalan, bertukar nomor WA, lalu bertukar cerita lewat WA.
Dengan ramah dia menguatkanku dan mengajakku bergaul di chemo daycare nanti. Dalam hatiku, padahal aku sudah 3 tahun disini, tidak pernah bertemu dengannya. Ohhh mungkin pasien baru, pikirku.
Aku bercerita, aku sudah 3 tahun disini dan menjalani transplant dll….

Tau yang membuatku terkaget2?
Beliau sudah menjadi pasien Dr Alan selama 30 tahun!
Mengalami kelainan darah sejak umur 6 tahun, Anemia plastic.
Selama 30 tahun itu penyakitnya on off, kehidupan rumah tangganya tidak berjalan baik hingga cerai, dia mengurus seorang anak perempuan as a single mother. 

Tapi dia bisa menguatku di tengah panjangnya perjuangan hidupnya, dia bersyukur dengan kehidupannya.
Dalam perjuangan hidupnya, dia masih bisa punya pekerjaan yang baik, dan bahkan saat ini dia sudah menemukan seseorang yang mau mendampinginya dalam keadaan sulit.
Pada umur yang ke 45 dia akhirnya menjalani transplantasi, dokter khawatir dengan keadaannya. Tapi dia berkata, “Go ahead, cause I trust God will take care of it”.

Selalu… selalu ada pelajaran kehidupan yang bisa didapat dimanapun dan kapanpun. Perjuangan hidupku hanyalah perjuangan yang sama dengan semua orang di dunia ini. Tidak lebih berat, tidak lebih menderita. Kita punya porsi kekuatan masing-masing, aku hanya menjalani apa yang harus dijalani. Kekuatan, kesembuhan semua Tuhan yang memberikan.

Aku akan terus berjuang menjalani apa yang harus aku jalani, biar Tuhanlah yang menguatkan dan membukakan jalanNya.

Comments

Popular posts from this blog

4 tahun perjuangan melawan kanker

R I P Acute Lymphobastic Leukemia

Waiting for miracle