Keajaiban dibalik petaka
4 November 2018,
hari itu adalah tanggal dimana aku seharusnya pulang ke Bandung.
Setelah 3
bulan di Malaysia dan dokter sudah menyerah. Dan aku pun menolak semua obat-obatan
yang dokter berikan.
Jam 2 subuh aku dan mami sudah bersiap untuk pergi ke airport, jam 4 sudah berangkat menuju KLIA2. Saat di perjalanan perasaanku campur aduk, kali ini rasanya aneh. Biasanya kami pulang dengan bahagia karena setiap treatment selama ini berhasil. Kali ini pulang tanpa jaminan kanker sudah tidak ada. Report terakhir dari tes darah, sel BLAST (kanker) 93% di dalam tubuhku.
Sel BLAST yang hampir menguasai seluruh tubuhku sudah terasa efeknya, kepalaku seperti mau pecah, demam, jantung yang berdetak tak karuan, ketika aku melangkah rasanya seperti tidak nyata, badan semua rasanya gak enak.
Dimulai dari hasil
tes darah tanggal 16 oktober, setelah CAR T CELL ke 2, Blast sudah 90%
Lalu tanggal 1
november setelah kami sedang menimbang-nimbang harus pulang kapan, blast
mencapai 93%. Karena CAR T CELL sudah tidak bisa membunuh kanker di dalam tubuhku, saat itu dokter sudah menyarankan kami untuk pulang ke Indonesia
secepatnya.
Karena takutnya kanker akan semakin naik, keadaan bisa semakin parah dan tidak bisa naik pesawat.
Jadi lebih baik secepatnya pulang.
Karena takutnya kanker akan semakin naik, keadaan bisa semakin parah dan tidak bisa naik pesawat.
Jadi lebih baik secepatnya pulang.
Seperti yang
kalian tahu dari IG story tanggal 4 november, ada masalah dalam kepulangan kami
ke Indonesia. Bagi yang belum tahu bisa lihat di highlight IG ku.
Benar-benar memaksa diri buat kuat walaupun keadaan badan lagi kacau.
Di tengah-tengah bandara yang besar dengan ribuan manusia, aku duduk di sebuah tempat duduk batu. Meringkuk sendirian karena mami sibuk antri bagasi yang terlanjur sudah cek in, kami terpisah.
Ketika menggigil hebat menyerang, rasanya pengen banget tiduran, apadaya tempat duduk minim mana keras pula.
“Tuhan tolong, tuhan tolong, saya ga sanggup banget Tuhan, dingin banget.”, ujarku ber-ulang-ulang. Seluruh tubuhku bergetar, sampai untuk telepon mami saja susah.
Mami datang dengan panik, memelukku supaya ga kedinginan.
“Tuhan Yesus tolong carissa, demam berhenti, demam berhenti, Tuhan Yesus tolong demam berhenti.”, kata mami sambil terus memelukku erat-erat.
Long short story,
akhirnya kami kembali ke apartemen. Puji Tuhan yang punya mengijinkan kami
tinggal tanpa bayar lagi untuk beberapa hari.
Mami memanggil papi ke Malaysia
untuk bantu kami pulang, karena kami gak sanggup pulang berdua. Hari itu juga
papi berangkat ke Malaysia.
Mami harus mengurus masalah ke kantor imigrasi
besoknya, dan aku pesan untuk tinggal beberapa hari dulu di Malaysia karena
cape.
Melawati semua
ke-tidak mudahan ini, kami ga ngerti apa maksud Tuhan. Kok rasanya buat pulang
aja susah?
Aku harus tes darah lagi, untuk memastikan darahku aman untuk naik pesawat.
Dan saat itulah Tuhan kasih tau apa yang sebenarnya mau Dia tunjukkan.
Tanggal 5
november, hasil tes darah menyatakan BLAST dalam tubuhku 31%.
Dalam waktu 4 hari sejak tes terakhir, Blast turun 62%. Bahkan kemoterapi dan pengobatan tercanggih pun tidak dapan menurunkan sel kanker dalam tubuhku.
Dalam waktu 4 hari sejak tes terakhir, Blast turun 62%. Bahkan kemoterapi dan pengobatan tercanggih pun tidak dapan menurunkan sel kanker dalam tubuhku.
Hanya
kasih karunia Tuhan yang begitu besar, sampai mujizat terjadi lagi dan lagi
dalam hidupku.
Mungkin jika aku tes darah di Indonesia, akan ada keraguan dengan hasil yang tiba2 berubah drastis. Mungkin kami tidak akan percaya.
Puji Tuhan, Dia menunjukannya di Malaysia.
Kamipun bisa pulang dengan hati lebih lega.
Puji Tuhan, Dia menunjukannya di Malaysia.
Kamipun bisa pulang dengan hati lebih lega.
Setelah tranfusi 4
hari lalu, trombosit dan HB tidak banyak begriming.
Padahal sudah isi 2 labu
darah merah dan 1 labu besar trombosit.
Dengan harga lebih dari 10jt rupiah.
Sejak itu aku paham maksud Tuhan, aku tidak perlu tranfusi lagi, karena Tuhan
menyediakan cara yang lebih baik.
Makanan dan minuman natural, membanjiri tubuh
dengan nutrisi sebanyak-banyaknya. Membuat tubuh menjadi alkaline, dan
melaparkan sel kanker. Semua ini aku belajar juga dari seorang survivor yang
mengenalkanku dengan sebuah diet.
Saat akhirnya
pulang ke bandung, aku minum jus daun papaya untuk menaikkan trombosit, jus bit
untuk menaikkan HB, dan banyak jus wortel untuk menghancurkan blast.
Kali ini Tuhan
memunculkan sinarNya secara langsung.
Tidak ada lagi dokter, tidak ada lagi
obat-obatan apapun yang aku minum.
Kuasa Tuhan Yesus langsung yang nyata dalam
hidupku.
Melebihi apapun yang aku makan, diet apapun yang aku jalani, semua
hanya usahaku sebagai manusia yang ingin bertahan hidup.
Tapi yang mengontrol
keseluruhan hidupku, yang membuat sampai hari ini aku hidup berkemenangan ,
Tuhan lah yang membuat ketidak-mungkinan itu menjadi mungkin.
Saat ini aku masih
berjuang, kadang masih suka dingin, kadang malam ada demam ringan. Tubuhku
masih belum bisa ber aktifitas banyak, masih harus steril. Keadaan darah masih
naik turun. Tapi semua dalam penjagaan Tuhan.
Hal-hal yang
awalnya terasa sangat mengerikan, terlihat buntu, seakan tidak ada hari esok.
Bahkan
ketika mau pulang dengan sedih, masih juga terganjal seakan ‘kesialan’ di
bandara.
Seperti sudah jatuh tertimpa tangga. Namun maksud Tuhan memang tak
terselami.
Aku, mami, papi.
Ketika melihat hasil tes itu, menganga. Beberapa lama mengamati.
Seakan tak
percaya. Tak berhenti mengucap syukur.
Tuhan gak mau kami pulang dengan hati
kelabu, Tuhan mau kami pulang dengan penuh kemenangan. Meskipun blast masih ada
31% tapi aku percaya aku sudah sembuh.
Kami sengaja menyimpan kabar ini. Tidak semua orang responnya sama ketika mendengar cerita seperti ini. Ada yang turut senang tak kepalang, menyelamati bahagia. Tapi ada juga yang akan menjatuhkan, seakan ini hanyalah naik turun keadaan yang tak mungkin berakhir baik.
Buatku, aku menahan sampai beberapa kali tes darah lagi, supaya diriku sendiri percaya kalau ini benar nyata hahhaa.
Ada seorang teman sesama fighter, yang banyak kali menyemangatiku lagi dan lagi. Waktu aku bilang, takut buat nge post kabar ini, kalo tiba-tiba ga bagus gimana. Ci margie namanya, bilang, "Every little progress, is still a progress loh. inget yah.". Sejak saat itu aku percaya sekecil apapun kemajuan darahku, tapi semuanya tetap sebuah kemajuan. Meski masih ada turun naiknya, tapi yang terpenting adalah apa kata Tuhan, bukan hasil dalam selembar kertas. Yang bisa berubah kapan saja kalau Tuhan mau.
Tes darah pertama saat pulang ke Bandung
Blast turun 1%
HB naik jadi 10.5, padahal 2 labu darah saja tidak bisa menaikan sampai sebanyak ini.
Trombosit turun
Leukosit naik
Leukosit naik
Tes dara kedua, kemarin tanggal 14 november
Blast tetap
Trombosit naik
Hb turun sedikit
Leukosit turun (ini bagus)
Inilah yang disebut every little progress, memang keliatannya sedikit-sedikit. Gak tiba-tiba arahku bisa jadi sempurna, blastnya hilang langsung 0%. Tapi aku bersyukur buat setiap progress ini, tanpa obat-obatan. Biarlah Tuhan sendiri yang menyembuhkanku, tugasku berusaha semaksimal yang aku bisa untuk menjaga pola hidup yang sehat.
Comments
Post a Comment