Birthday edition

Nostalgia 23 tahun kehidupan-ku


                23 tahun hidup di dunia....
Pernah berada di masa-masa sulit dalam kehidupan yang baru berumur 23 tahun ini, membuatku sangat suka mengingat-ingat masa indah. Memutar kembali memori yang lekat dalam benak-ku. Menunggu hujan turun dan berlari kegirangan saat dia datang, tanpa ragu-ragu menyambutnya dan basah kuyup di halaman belakang rumahku. Hal terbaik sesudah hujan-hujanan di sore hari adalah mandi air hangat, lalu mami membuatkan roti gula kuah susu hangat.

Berlibur ke Pangandaran adalah liburan wajib setiap tanggal merah, apalagi menjelang natal & tahun baru seperti saat ini. Kami selalu tidur di losmen yang sederhana bersama keluarga besar, bisa bawa kompor buat masak seafood dan lainnya. Namanya Losmen Sindang Asih atau PKPN, tepat di depan pantai timur pangandaran. Di depan losmen ada bangku-bangku panjang yang terbuat dari bambu untuk bersantai menatap pantai, sembari memesan bubur kuah kari atau es podeng. Penjajak makanan berjejer di sepanjang jalan, menambah ramai suasana pinggir pantai. Aroma laut dan deburan ombak selalu menjadi kesukaan-ku sejak kecil. Berenang dan bermain selancar bersama koko, cici dan saudara-saudara, dari pagi hingga sore hari, sampai2 kulit kami terbakar karena terlalu seru bermain ombak. Saat tengah hari, kami rehat di bawah tenda penyewaan papan selancar, pesan indomie, pecel gorengan, rujak buah, dan es kelapa muda untuk pelepas dahaga. Saat malam hari adalah waktunya untuk berjalan-jalan atau sewa sepeda. Tatto temporary, ukir nama di gantungan kunci, belanja celana pendek dan kaos santai, banyak kerlap kerlip lampu para penjual di pinggir jalan, dan juga makan duren sambil jongkok di pinggir pantai.
 Waktu keuangan kami sedang terpuruk, tahun itu perayaan natal kami sangat sederhana. Hidangan kami adalah indomie kuah, 4 bungkus dimasak dengan telur, sayur, cuka,daun bawang dan cabai rawit, disajikan dalam lodor besar. Kami makan dengan nasi, mami juga membuat minuman seperti sekoteng singapore sebagai penutup. Tidak ada satupun dari kami yang mengeluh, karena selama itu masakan mami, rasanya pasti JUARA! Hahaha ... Malam itu kami berdoa dan menonton tv, suasana natal seperti ini sangat aku nikmati. Kami bisa bercanda dan berkumpul sambil nonton ‘Home alone, Richie rich, Jingle all the way, parent trap, dan lainnya. Aku menaruh rumput segar serta kertas berisi list permintaan di sepatu sekolahku, juga sebuah mangkuk berisi air. Aku meletakannya di bawah ranjangku, karena mami bilang Santa claus akan datang. Dan saat tanggal 25 desember , pagi-pagi rumput segar sudah hilang dan airnya sudah habis, digantikan dengan hadiah-hadiah untukku.
Bulan desember di setiap tahun terasa sangat hangat dan selalu dirindukan. Ulang tahun, natal, liburan dan tahun baru. Memori-memori sederhana itulah yang begitu manis untuk dikenang. Seiring beranjak dewasa euforia ulang tahun terasa berbeda, bukan lagi perayaan besar dari semua teman2 ataupun ucapan dari semua orang, bukan juga list hadiah yang suah dipikirkan dari bulan-bulan sebelumnya. Kehadiran dan keberadaan orang terdekat sudah lebih dari cukup, bahkan saat ditanya mau kado apa, tidak bisa jawab. “Aku ingin sehat, sembuh total tanpa bayang-bayang kanker, ber-umur panjang, juga seporsi opor ayam dan sambel goreng kentang.”, begitulah jawabku ketika mami papi bertanya.


                “De mami seneng bisa rayain ultah ade, ade sampe ke ulang tahun. Puji Tuhan, ade harus sampai ke tahun tahun ke depan ya, sehat selalu ya.”,kata mami. Begitulah perasaan mami dan papi, menjaga harapan itu tetap hidup tahun demi tahun, dan khususnya tahun ini. Tahun yang cukup melelahkan, namun juga tahun penggenapan janji Tuhan atas kehidupan kami sekeluarga. Ujian kehidupan yang berkali-kali tidak membuat iman kami loyo, sebaliknya kami semakin kuat.

                23 tahun kehidupanku dan tahun-tahun yang akan datang, tidak melulu soal kanker, perjuangan dan kesedihan. Tapi kemenangan dan perjalanan iman bersama Tuhan. Kanker hanyalah sepenggal cerita dalam hidupku. Sepenggal cerita indah dimana aku bisa terkoneksi dengan banyak orang, terutama sesama pasien. Merasakan arti keluarga sesungguhnya, ada dalam keadaan apapun, rela mengorbankan apapun, jangankan harta, nyawapun mereka beri. Dan terutama merasakan dan mengalami kasih Tuhan secara langsung, semua keajaibanNya yang diluar nalar manusia. Aku mungkin kehilangan banyak moment kehidupan, kehilangan waktu masa remaja, kehilangan mimpi yang aku kejar, kehilangan teman-teman, bahkan hampir kehilangan hidup. Semua yang ada dalam dunia ini bisa saja hilang, tapi yang terpenting aku TIDAK kehilangan Tuhan. Karena ketika aku tetap melekat dengan Tuhan, Dialah Harapan, Dialah cahaya kehidupanku, dan Dialah satu-satunya tempat aku bisa menggantungkan hidupku.

“Fear not, for I am with you; be not dismayed, for I am your God; I will strengthen you, I will help you, I will uphold you with my righteous right hand.” Isaiah 41:10


Terima kasih untuk teman-teman yang sudah mengikuti perjalananku selama ini, yang mendoakan, mensupport secara verbal maupun materi. Saudara dan Teman-teman yang selalu menyempatkan waktu untuk mengunjungi rumahku saat aku tidak bisa kemana-mana, yang bahkan sengaja datang ke malaysia, seluruh keluarga ECC church, Yayasan-yayasan yang mendukung dana, dan teman-teman yang menyisipkan namaku meski kita tidak kenal.
Tanpa kalian semua, perjalanan ini tidak akan se-ringan ini.
Semoga Tuhan membalas semua kebaikan kalian.
Love, carissa.









Comments

Popular posts from this blog

4 tahun perjuangan melawan kanker

Waiting for miracle

R I P Acute Lymphobastic Leukemia