24 September

It may be late but this date remind me of everything..
24 September, tepat 365 hari yang lalu semua perjalanan yang layaknya roller coaster dimulai.
Setiap hal yang jauh di luar dugaan..
Hari ini aku bisa bernafas jauh lebih lega dari pada tahun lalu.
Hari ini aku tertawa begitu lepas, makan enak, bisa bertemu teman-teman dengan bebas, bisa melakukan banyak aktifitas selayaknya orang normal.
Tanpa sadar, kadang kita menyepelekan hal-hal biasa seperti itu.
Tapi hari ini aku begitu bersyukur untuk hari-hari yang 'normal'.



Ada saat dimana saat bulan-bulan oktober setelah beberapa kali kemoterapi, untuk mengangkat cangkir berisi air pun tangan ini tak sanggup.
Untuk berdiri dari ranjang pun butuh sanggahan.
Rasanya rumah sakit sudah bagian dari keseharian..
Tapi saat itu, aku sering kali berbicara dalam cermin saat membersihkan gigi di kamar mandi rumah sakit saat menginap.
"Masa-masa ini akan kamu ingat, ini akan berlalu, mungkin saat kamu ingat ini kamu sedang berlari lepas di pasir putih."
Itulah kalimat yang sering aku katakan pada diri sendiri.
Mungkin bulan-bulan itu terasa sangat lama untuk dijalani,
tapi toh saat ini rasanya semua itu begitu cepat terlewati.
Aku ingat betul bagaimana aroma rumah sakit, pagi hari di rumah sakit yang hanya bisa dinikmati dari jendela lantai 3, berjalan keliling koridor sampai ke ruang pemulihan yang tak lain adalah tempat bersantai untuk pasien-pasien yang sudah muak berada di rumah sakit.
Aku ingat bagaimana rasanya menjadi tidak berdaya, bagaimana rasanya aku tidak mengenali tubuhku lagi.
Aku ingat detik-detik sebelum jatuh koma, bagaimana rasanya sekarat, bagaimana rasa bahagia setelah 9 hari tidak membuka mata.
Aku ingat bagaimana kesalnya di isolasi berhari-hari di satu ruangan.
Aku ingat rasanya kehilangan banyak sahabat.
Merasa berjuang sendiri.
Seakan terisolasi dari dunia ini.
Aku ingat rasanya jarum suntik menembus tulang dada dan tulang sum-sum ku.
Bagaimana rasanya tidak bisa berbicara berhari-hari.
Ya, semua itu sudah aku lewati.
Semuanya menjadi pelajaran hidup yang sangat berharga untuk aku dan keluarga.
Sebenarnya, semua itu mustahil dijalani dan dihadapi.
7 dari 10 pasien kanker meninggal dunia.
Hanya saja aku punya Tuhan yang besar, Healer, Provider.
Bapa yang telah menukarkan hidupNya disalibkan, untuk menebus segala sakit penyakit dan dosa saya.
Tanpa Dia, mungkin hari ini menjadi 9 bulannya ke-tidak-adaan saya di dunia.
"Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia''.

Minggu ini saya memberikan ucapan terima kasih kepada beberapa orang yang telah banyak berperan saat awal saya di diagnosa kanker darah.
Orang-orang yang menjadi saksi bagaimana saya menangis seperti bayi, menangis saat kesakitan waktu di kemo, sampai pada akhirnya dokter menyatakan remisi.

Sekali lagi saya ingin mengucapkan terima kasih untuk setiap orang yang sudah menemani dan mendampingi, mensuport dan mendoakan saya.
Saat saya mengetik chat ke beberapa keluarga dan teman, tak kuasa seakan seperti flash back ke masa-masa itu.
Air mata rasanya ber-rebut untuk keluar.
Bukan, bukan karena saya menyesal saya terkena kanker.
Tapi karna saya bersyukur saya bisa ada pada hari ini.
Ucapan-ucapan yang sebenarnya sepele menjadi sangat dalam ketika saya ingat betul setiap proses yang membawa saya sampai hari ini.

Saya tidak tahu apa yang ada di depan saya kelak.
Saya hanya dapat berdoa, semoga Tuhan selalu memberikan saya kesehatan seutuhnya.
Karena ada pepatah mengatakan," Orang sehat bisa mempunyai 1000 mimpi, tapi orang sakit hanya punya 1 impian. Yaitu Sembuh.".

Comments

Popular posts from this blog

4 tahun perjuangan melawan kanker

Waiting for miracle

R I P Acute Lymphobastic Leukemia