Perjalanan pertama

Hi, for every cancer fighter wherever you are!
Atau yang punya sanak saudara yang terkena kanker.
Perkenalkan, nama saya Carissa Gizandia Natalia kelahiran tahun 1994 anak ke 3 dari 3 bersaudara.
Saya mau share perjalanan saya kenalan sama cancer di umur saya yang baru 18 tahun, saat itu.

Jauh sebelum saya terkena kanker saya memang cukup spesial sejak di kandungan.
Saya berada di dalam kandungan ibu selama 10 bulan yang ber-arti cukup berbahaya.
Saat lahir pun sudah keracunan air ketuban yang mengental dan sudah membiru, tetapi suster dan dokter memberi pertolongan pertama hingga saya dapat hidup.
Pada saat saya berumur dua tahun setengah saya anak yang cukup aktif alias ga bisa diem, sampai suatu hari saya demam tinggi dan tidak sadarkan diri.
Ternyata usus buntu saya harus dioprasi.
Setelah itu saya tumbuh menjadi anak yang sehat...

Sampai suatu hari saat saya duduk di kelas 3 SMP semua orang bilang saya pucat..
Tapi karna saya ga pernah sakit jadi saya ga menghiraukan apa kata orang.
Setelah satu minggu dua minggu, saat itu pelajaran komputer dan saya sangat malas dengan pelajaran itu.
Saya memanfaatkan kesempatan untuk ijin pulang karna pucat.
Memang benar bibir, kulit, kuku, sampai dalam kelopak mata saya sama sekali tidak berwarna kemerahan.
Lalu saya putuskan untuk cek darah di depan komplek perumahan saya bersama mama saya, saat itu saya masih merasa sehat dan nyetir motor.
Jantung saya memang berdebar begitu cepat setiap jalan 2 meter atau menaiki 1 buah anak tangga.
Saya pun memarkir motor dan saat saya jalan menuju pintu lab tiba-tiba saja kepala saya begitu pusing dan gelap.
Tiba-tiba saja dunia seakan melambat, mata saya dapat melihat tapi tidak saanggup berkata apapun.
Dengan sigap petugas Lab mem-bopong saya masuk ke dalam lab dan memberi air gula agar saya cepat siuman.
Setelah 1 jam pemeriksaan darah lengkap sudah keluar, dan suster begitu panik.
''bu hasil darah menunjukan Hemoglobin nona Carissa 4.0 sementara normalnya adalah 13. Kesimpulan sementara menunjukkan anemia parah dan harus segera tranfusi darah sekitar 4 labu. Harap secepatnya dilarikan ke Rumah Sakit dan tranfusi.", kata sang suster dengan panik.
Saat itu langsung kami dilarikan ke rumah sakit.
Singkatnya penyakit saya begitu susah ditemukan penyebabnya, yang jelas walaupun sudah tranfusi tetap drop lagi hilang entah kemana.
Tetangga saya merujuk kami ke profesor ahli darah ternama di kota bandung.
Setelah ditelusuri beberapa hari Prof mengatakan saya terkena Anemia Hemolisis atau gangguan imun yang menyerang sel darah merah. Yang merupakan gejala Lupus atau penyakit seribu wajah yang tidak ada obatnya dan dapat menyerang segala organ tubuh, tulang, darah dan semuanya.
Dan memang tubuh saya pun menjadi lemah dan tidak dapat ber-aktifitas banyak.
Saya hanya bisa bersekolah 2 atau 3 hari dalam 1 minggu, itu pun dengan tulang yang begitu linu sekujur tubuh.
Orang tua saya mengupayakan segala hal agar saya dapat bertahan dari setiap kesakitan.
Makanan yang saya suka dan bergizi, sari pati ayam, madu, dll.
Saat itu saya masih berumur 14 tahun, saya tidak merasa saya akan mati atau mengkhawatirkan masa depan saya.
Yang saya tau saat itu saya sangat dimanja, apapun yang saya minta pasti dituruti.
Saya berasa ada dalam sinetron yang pemeran utamanya sakit keras dan dimanja oleh orang tuanya.
Hari demi hari saya hanya menjalani apa yang orang tua saya suruh, seperti minum obat dan istirahat. Serta makan yang banyak, kebetulan saya anak yang gemar makan.
SMP dimana saya belajar merupakan sekolah swasta yang cukup favorit, sehingga pelajarannya pun tidak mudah. Saya cukup kewalahan belajar saat itu apalagi sudah mendekati ujian nasional dan prestasi saya di sekolah kurang baik.
Saya pun harus mendaftar ke Sekolam menengah atas.
Orang tua saya menyarankan untuk mendaftar ke sekolah yang pelajarannya agak santai yaitu sebuah SMK swasta.
Karena saya cukup suka makan maka saya pilih jurusan Tata boga.
Disinilah mimpi saya dimulai....
Dan seiring berjalannya waktu penyakit Lupus pun hilang begitu saja, saya dan dokter ppun kaget.
Karena selama ini tidak pernah ditemukan orang penyandang Lupus bisa sembuh.
         
            Singkat cerita saya pun lulus dari SMK dan mendaftar ke salah satu sekolah tinggi pariwisata ternama di kota Bandung.
Namun kerja keras saya tidak membuahkan hasil yang baik, saya gagal masuk.
Hati saya hancur, saya kecewa, mimpi saya seakan terhenti.
Berbulan-bulan saya menyesali diri saya dan sebagian orang pun menyalahkan saya.
Saat itu saya malu, kehilangan percaya diri, kecewa.
Sampai setiap 10 menit saya bulak balik ke toilet, bukan untuk buan air tapi seperti untuk menenangkan diri. Jantung saya berdegup kencang setiap saya bersama orang lain, saya pun jadi sering menyendiri karena kecewa begitu rupa.
Orang tua saya beberapa kali mengajak saya berlibur untuk membuat saya lebih tenang. Walau hanya menginap di Jakarta atau Bali, mereka berharap saya tidak terlalu memikirkan kegagalan itu. Hampir satu bulan, setiap malam saya menangis.
            Suatu hari saya dan ibu suri (mami) pergi berlibur hanya berdua untuk kembali refreshing di bali dalam jangka waktu yang cukup lama, sekitar 2 minggu.
Saat itu kami mengunjungi sebuah mall bernama Discovery Mall untuk berjalan-jalan.
Dan saat mau pulang kami melihat segerombol pekerja berpakaian chef uniform sedang istirahat.
Tiba-tiba ibu suri mendekati mereka dan bertanya,"di sini ada lowongan ga yah?".
"oh emang untuk siapa? Bisa saya tanyakan dulu ke executive chefnya bu, sebentar saya panggilkan.".
Saya dan executive chef pun ngobrol singkat yang dengan kata lain interview spontan tentang pengalaman dan apa yang saya bisa.
Dan dia hanya meminta saya mengirimkan CV ke e-mail-nya.


Setelah saya pulang ke Bandung kemudian mengirim CV, tiba-tiba saja ada balasan.
"Carissa, kapan kamu bisa ke Bali untuk mulai kerja?".
Saya pun kaget campur senang, karena ini merupakan harapan baru untuk mengubah kegagalan menjadi pengalaman.
Sebulan kemudian saya berangkat sendiri dengan tabungan yang saya kumpulkan dengan berjualan online sebanyak 3 juta rupiah, serta tekat dan harapan. Seorang diri, dengan hati hancur.
Tapi apapun keadaannya, tidak ada satu orang atau keadaan yang bisa membunuh kecintaan saya pada memasak, pada mimpi saya, pada keinginan saya untuk terus belajar.
Ibu suri berpesan sebelum pergi,
" jika sekarang kamu dalam kegagalan mungkin Tuhan sedang mengajarkan untuk berjuang lebih keras. Jika kamu tidak mendapatkan apa yang kamu impikan sekarang, mungkin Tuhan sedang mengajarkan untuk lebih bersabar."
Kata-kata yang membuat saya akan terus semangat seumur hidup.
Saat saya sampai dan menderek koper-koper besar saya sendirian, saya dijemput dengan salah seorang jebolan masterchef yang baru saya kenal lewat social media dan sudah beberapa kali bertemu karena kami menjalin pertemanan.
The power of social media ternyata harusnya membawa dampak positif.
Hari itu kami mencari kosan kemana-mana tapi tidak ada yang kosong sampai malam akhirnya saya memutuskan untuk menginap di motel daerah legian.
Besoknya saya nyewa motor dan menjelajahi kuta-kubu anyar ternyata cukup mahal kos di daerah ini sekitar 700rb per bulan.
Setelah pindahan dan bebenah semuanya, besoknya pun saya tanda tangan kontrak dan mulai kerja.
Ga mudah untuk memulai sesuatu, mengerti dan menghafal begitu banyak menu serta belajar banyak hal baru.
Dengan tuntutan staff yang ber-arti saya harus cepat menghafal job desk yang ada.
Saya ditempatkan di sebuat restoran asia yang cukup besar dengan section cold kitchen and butcher. Dengan job desk segunung apalagi kalau ada acara-acara besar.
Vegetable Preparation semua main course, appetizer, meat, poultry, sea food, live sea food, bersih-bersih semua chiller, terima barang. Lot to do.
Satu-satunya wanita yang bekerja di hot chinese kitchen, i'm such a proud baby.
Setiap hari saya datang sejam lebih awal, supaya kerjaan lebih cepet selesai dan bisa nyolong belajar di seciton lain.
Karna ini resto asia, jadi banyak macem makanan.
Vietnam, Thailand, Singapore, Indonesia, Chinese, India, Dim sum.
Cape nya plus-plus karna 2 minggu pertama motor belum sampe, dan ga ada angkutan umum alhasil jalan kaki 30 menit.
Tapi semakin cape semakin banyak ilmu yang di dapet semakin seneng rasanya..
Dengan gaji 2,5jt fresh graduate SMK cukup lah untuk sehari-hari. Selain belajar tentang culinary saya juga belajar banyak hal, bersosialisasi, dan mendengar banyak cerita kehidupan dari temen-temen yang mulai start tanpa sekolah.
Tentang mendahulukan Tuhan dan orang tua dalam hidup.
Tentang berjuang untuk mendapat kehidupan yang lebih baik.
Perlahan saya menemukan kepercayaan diri saya kembali, membuat utuh jiwa yang seakan hilang. Menikmati senja dari pinggir pantai, bertemankan secangkir kopi, menenangkan hati yang sempat porak poranda.
Tapi seiring dengan berjalan mulusnya kehidupan dan karir saya di bali, hubungan saya dengan sahabat dan orang yang saya cintai merenggang bahkan hancur.
Saya jadi lebih sering di tempat kerja dari pada di kamar, menyibukan diri sebisa mungkin.
Melupakan masalah yang sedang terjadi, membunuh rindu yang tidak kunjung mereda.
Bungkam 1000 bahasa, menghilang ditelan kesibukan yang dibuat-buat.
Sampai pada waktunya saya harus pulang dan kembali menghadapi luka lama, kegagalan yang mendalam tapi saya pulang menggenggap sedikit ilmu bertahan hidup di pulau orang.
Kecintaan saya terhadaap alam, kuliner, laut, dan khususnya Bali harus saya tinggalkan sementara.
Di senja terakhir sore itu saya sempatkan untuk ke pantai dan berdoa, melepaskan setiap pekerjaan yang saya cintai kelak Tuhan ganti dengan kesempatan yang baru, untuk hubungan yang hancur kelak Tuhan persatukan kami kembali.
Untuk perjuangan yang baru, semoga kali ini Tuhan mendukung.  
           Pulang dan kembali ke kota yang dingin, seakan membuka luka lama.
Jungkir balik mengejar pelajaran untuk persiaapan tes masuk.
Dan akhirnya berhasil masuk dengan tangan bergetar.
Ospek selama 4 hari yang cukup extreme menguras tenaga, dibantu dan didukung beberapa teman akhirnya ospek tergila itu berhasil ditaklukan.
Dan menjejakan kaki dengan status mahasiswi dengan prodi manajemen tata boga adalah impian yang jadi nyata, kebahagiaan tiada tara!
Walaupun mungkin banyak tugas dan cukup main fisik pelajarannya, tapi mengeluh adalah hal paling bodoh jika dilakukan. Saya pernah mengalami keadaan dimana saya ga bisa kuliah, dan ketika saya bisa saya sangat bersyukur. Mungkin banyak orang yang menyia-nyiakan waktu kuliah mereka, mengeluhkan tugas mereka, mereka ga tau aja kalau di luar sana ada orang-orang yang siap sedia menukar posisi mereka.
Bulan itu rasanya begitu lelah.....  






Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

4 tahun perjuangan melawan kanker

Waiting for miracle

R I P Acute Lymphobastic Leukemia